PENGARUH KECANGGIHAN TEKNOLOGI INFORMASI, PARTISIPASI MANAJEMEN, DAN KEMAMPUAN TEKNIK PEMAKAI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA KINERJA INDIVIDU

Kinerja individu mempengaruhi keberhasilan sebuah perusahaan, diharapkan individu dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Agar kinerja individu berjalan dengan baik, suatu organisasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap kinerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kecanggihan teknologi, partisipasi manajemen, dan kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi terhadap kinerja individu. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Serba Usaha Kabupaten Gianyar. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 140 responden. Responden dalam penelitian ini adalah ketua dan bendahara. Penelitian ini menggunakan metode non probability sampling, khususnya purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentansi dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecangggihan teknologi informasi, partisipasi manajemen dan kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi berpengaruh positif pada kinerja individu.
Peran strategis SI adalah membantu pihak manajemen dalam menyediakan informasi yang dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Perusahaan perlu memikirkan bagaimana caranya agar SI yang telah dimiliki dan akan dikembangkan bisa mencapai kesuksesan. Menurut Rockart (1988), teknologi informasi mempunyai peran penting, karena dapat menjadi senjata strategis bagi suatu perusahaan dalam memperoleh keunggulan bersaing.
Sistem informasi sangat berperan dalam bidang akuntansi. Statement of Financial Accounting Concept No. 2, Financial Accounting Standard Board mendefinisikan akuntansi sebagai sistem informasi. Standar akuntansi keuangan tersebut juga disebutkan bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan. Sistem informasi akan memberikan kemudahaan bagi para akuntan manajemen untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami dan teruji sehingga akan membantu pengambilan keputusan. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) baru-baru ini telah membuat sertifikasi baru yaitu Certified Information Technology Professional (CITP). CITP mendokumentasikan keahlian sistem para akuntan yaitu akuntan yang memiliki pengetahuan luas di bidang teknologi dan yang memahami bagaimana teknologi informasi dapat digunakan dalam berbagai organisasi. Hal ini mencerminkan pengakuan AICPA atas pentingnya teknologi atau sistem informasi dan hubungannya dengan akuntansi.
Beberapa literatur sistem akuntansi menyebutkan keunggulan dari penggunaan SI berbasis komputer, antara lain: dapat memproses sejumlah transaksi dengan cepat dan terintegrasi, dapat menyimpan dan mengambil data dalam jumlah yang besar, dapat mengurangi kesalahan matematis, menghasilkan laporan dengan tepat waktu dalam berbagai bentuk, serta dapat menjadi alat bantu pengambilan keputusan khususnya untuk jenis masalah yang terstruktur (Muntoro, 1994) dalam Sunarti (1998). Nash dan Robert (1984) dalam Afrizon (2002) menyatakan bahwa SI merupakan suatu kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal penting yang penting dan menyediakan suatu sumber dasar untuk pengambilan keputusan yang cerdik.
Sistem informasi yang modern dan canggih telah diimplementasikan di banyak perusahaan dengan biaya yang besar, namun masalah yang timbul adalah penggunaan yang masih rendah terhadap SI secara kontinus. Rendahnya penggunaan SI diidentifikasikan sebagai penyebab utama yang mendasari terjadinya productivity paradox yaitu investasi yang mahal di bidang sistem tetapi menghasilkan return yang rendah (Venkatesh dan Davis, 2000). Bukti empiris menunjukkan bahwa penggunaan SI untuk tujuan pembuatan keputusan manajemen dan operasi masih rendah (Johansen dan Swigart, 1996; Moore, 1991; Norman, 1993; dan Weiner, 1993) dalam Indarti (2001). Penggunaan SI merupakan variabel penting yang mempengaruhi kinerja manajerial (Sharda, et al, 1986; Davis, 1989; Swanson, 1982).
Konsep dalam penelitian ini adalah model berketerimaan teknologi (Technology Acceptance Model, TAM) yang memberikan pengertian bahwa pemakai cenderung menggunakan suatu sistem apabila sistem tersebut mudah digunakan dan tidak memerlukan usaha yang keras untuk penggunaannya. Konsep TAM dilandasi oleh teori tindakan beralasan (Theory of reasoned action, TRA) yang dikembangkan oleh Ajzen dan Fishbein (1975). TAM menawarkan suatu penjelasan yang kuat dan efisien untuk dapat menguji perilaku penerimaan dan penggunaan SI oleh pemakai (Davis,1989; Davis et al., 1989). Dalam TAM, penerimaan pemakai SI ditentukan oleh dua faktor kunci yaitu perceived usefullness dan perceived easy of use. Dua faktor tersebut memberikan gambaran bahwa apabila SI mudah digunakan, maka pemakai akan cenderung untuk menggunakan SI tersebut. Sedangkan TRA menyatakan sikap seseorang terhadap perilaku ditentukan oleh adanya kepercayaan (belief) mengenai konsekuensikonsekuensi dari tindakan yang dikembangkan berdasarkan konsukensikonsekuensi tersebut. TRA juga mengemukakan bahwa suatu norma subyektif individu ditentukan oleh fungsi multiplikatif dari kepercayaan normatifnya. Indarti (2001) menggunakan konsep model keberterimaan teknologi (TAM) dan pengaruhnya terhadap penggunaan SI. Penelitian Indarti dilakukan dengan responden 71 manajer pada berbagai industri yang terdaftar pada Handbook of Top Companies and Big Group in Indonesia dan mencoba untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat terhadap pemanfaatan SI selain dari konsep TAM. Variabel–variabel tersebut adalah partisipasi pemakai, strategi dan desentralisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan langsung antara perceived ease of use dengan minat pemanfaatan SI dan hubungan perceived ease of use dengan minat pemanfaatan SI melalui variabel intevening yaitu perceived usefulness. Afrizon (2002) melakukan penelitian terhadap 84 manajer pada industri perbankan di Indonesia dengan hasil bahwa terdapat adanya pengaruh dan hubungan yang signifikan antara perceived usefulness dan interaksi antara norma subyektif dengan ketidakwajiban terhadap minat pemanfaatan SI. Penelitian Thompson (1991) menyatakan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi penggunaan SI yaitu faktor sosial, affect, kompleksitas, kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang dan kondisi yang memfasilitasi pemakai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara faktor sosial, affect, kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang, serta hubungan negatif antara kompleksitas dan penggunaan SI. Hasil penelitian juga menunjukkan hubungan yang negatif dan lemah antara kondisi yang memfasilitasi pemakai dengan penggunaan SI. Venkatesh dan Moris (2000) melakukan penelitian terhadap 342 responden yang terdiri dari 156 wanita dan 186 pria untuk melihat perbedaan gender terhadap faktor sosial dan peran mereka dalam penerimaan teknologi dan perilaku pemakai, dengan menggunakan konsep model berketerimaan teknologi.
Compeau dan Higgins (1995) menyatakan bahwa sejak tahun 1970 praktisi organisasi dan para peneliti menemukan bahwa penerapan teknologi baru tidak sesuai dengan yang diharapkan, karyawan yang lebih tua mempunyai sedikit pengetahuan dan pelatihan mengenai sistem sehingga pemahaman mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi penggunaan SI secara individual muncul menjadi tujuan dari penelitian-penelian dalam management information system. Venkatesh et al., (2003) melakukan penelitian terhadap industri komunikasi, hiburan, perbankan, dan administrasi publik yang menggunakan SI secara wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Penelitian dilakukan untuk mereview dan menggabungkan beberapa model penerimaan SI dan menghipotesiskan ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap minat pemanfaatan SI sedangkan minat pemanfaatan SI dan kondisi yang memfasilitasi pemakai berpengaruh terhadap penggunaan SI.
Ekspektasi kinerja diyakini bahwa seorang individu akan menggunakan SI apabila sistem tersebut dapat membantunya untuk meningkatkan kinerja. Sedangkan ekspektasi usaha merupakan tingkat kemudahan dalam penggunaan suatu SI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja maupun ekspektasi usaha mempunyai pengaruh kuat terhadap minat pemanfaatan SI. Faktor sosial merupakan pengaruh dari lingkungan sekitar yang menyakinkan individu untuk menggunakan SI. Pada variabel ini hasil penelitian menunjukkan bahwa minat pemanfaatan SI akan dipengaruhi oleh adanya orang-orang dilingkungan sekitar pemakai. Variabel kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai merupakan keyakinan seorang individu bahwa terdapat infrastruktur organisasi dan teknik yang mendukung penggunaaan SI. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang lebih kuat terhadap penggunaan SI. Pada hubungan minat pemanfaatan SI dan penggunaan SI menunjukkan adanya pengaruh yang positif.




Komentar